Ulasan Pengalaman Ke Dieng Culture Festival 2019, Termasuk Cerita Dihapusnya Pesta Lampion di DCF - Penginapan

Ulasan Pengalaman Ke Dieng Culture Festival 2019, Termasuk Cerita Dihapusnya Pesta Lampion di DCF - Penginapan
Domba diangkut untuk mengikuti Kontes Domba Batur di Dieng Culture Festival 2019
Harga tiketnya lebih murah dari tiket reguler. Melihat postingan tiket ini, hatiku tiba - tiba tergoyah, dan tergoda untuk membeli, dan akhirnya membeli juga, selengkapnya di artikel sebelumnya.
Setelah tujuh jam perjalan yang seharusnya hanya empat sampai lima jam perjalan Pati - Dieng, saya berhenti di Mesjid Tambi untuk menunaikan shalat Jumat, karena saat itu tanggal 2 Agutus hari Jumat.

Shalat Jumat, istirahat, tidur 15 menit, cus jalan lagi menuju kawasan Candi Arjuna Dieng

Saat itu belum istiharat untuk makan siang, karena saya pikir jalan raya Dieng akan macet, dan susah lewatnya kalau terlalu sore.

Sampai di jalan raya Dieng, baa..ealah ternyata sepi, dan tidak macet, perjalanan menuju Candi Arjuna lancar, cuma saat masuk kawasan Candi Arjuna ramai pengunjung, namun tidak sampai macet.

Rencana saat sampai Dieng, tukar tiket fisik, makan, check in, dan istirahat.

Tuker tiket, bagi yang pertama ke Dieng Culture Festival, pasti akan bingung seperti saya, karena tidak ada petunjuk atau umbul-umbul di jalan yang menunjukkan tempat penukaran tiket yang kita beli online.

Tanya ke Banser, disuruh masuk ke depan halaman loket Candi Arjuna, tanya lagi kepada yang terlihat seperti panitia, dan ditunjukan tempat penukaran tiket, itu ada di pos sebrang kios oleh - oleh.

Tiket beres, isi tiket festival, ID card untuk masuk acara Jazz Atas Awan dan Senandung Atas Awan lampion. ID card ini jangan sampai hilang selama festival, kalau lampion rusak bisa beli disekitar lokasi acara festival, harganya Rp. 15.000 - Rp. 25.0000.

Jadi kalian masih bisa ikut menerbangakan lampion walaupun tidak beli tiket.

Selanjutnya makan siang di warung pinggir jalan karena yang cepet dan murah, ealah gak ada rasanya ternyata, yowis gakpapa, penting keyang dulu.

Lanjut ke penginapan untuk check in, ini yang gak bisa langsung bikin istirahat. Buka google maps, setting lokasi penginapan, gas kesana, jalan terus, kok lama - lama justru menjauhi tempat DCF. Anehnya lagi lokasi akomondasi ada di tengah jalan raya๐Ÿคฃ

Yowis dicoba kesana, bener, ternyata penginapan tidak ada dilokasi tersebut, mulai panik.

Hubungi pemilik akomondasi tidak ada jawaban. Telpon, chat tidak ditanggapi, mulai mikir aneh - aneh.

Balik ke sekiatar lokasi DCF 2019, berharap ada yang bisa ditanya, dan yang tau. Masuk gang kampung, di pojokkan gang ketemu seperti basecamp Banser, coba tanya nama penginapan.

Mereka mengatakan penginapan ini ada di sebelah Mesjid, dan ditunjukkan arahnya. Mulai tenang.

Coba kelokasi yang ditunjukkan, tanya orang sana - sini, ok sip ketemu sama pemilik penginapan, walaupun mondar mandir dahulu. Tapi hati semakin tenang. ๐Ÿ˜

Masuk dalam penginapan, si pemilik mengecek daftar pengunjung, nama saya tidak ada di kertas yang dia pegang, padahal saya mendapat surat pemesanan dari aplikasi booking.com. Panik lagi.
Penting: Kalau kalian akan menginap di homestay melalui aplikasi, pastikan pemilik Homestay mendapatkan surat konfirmasi dari aplikasi tempat kalian memesan penginapan. Setelah melakukan pemesanan hubungi pemilik homestay dan tanyakan apa sudah mendapat surat konfirmasi dari aplikasi.
Saat itu saya dan pemilik homestay, eyel-eyelan, saya punya surat konfirmasi pemesanan, sepemilik kekeh kamar sudah penuh.

Yang saya pikirkan saat itu, masalahnya kalau saya tidak jadi menginap di homestay itu, rekening saya akan ke debit, atau dengan kata lain uang saya hilang percuma.

Hasil dari negosiasi, saya minta dicarikan penginapan, dan si pemilik mau mengembalikan uang saya jika nantinya dari pihak booking.com mentransfer biaya menginap ke dia. Oke Deal.

Saya diantar pemilik Homestay ke saudara dia yang kebetulan mau menyewakan kamarnya.

Saya cerita, masalah kamar penuh tadi, dan menunjukkan bukti pemesan ke pemilik rumah. Disini nego-negonan harga, awal pemilik menarik tartif Rp. 750.000 untuk dua malam. Senut - senut rasanya, padahal di tempat awal dua hari cuma Rp. 500.000.๐Ÿ˜…๐Ÿ˜ญ

Saya minta keringanan, dan syukur pemilik memberikan potongan Rp. 600.000 untuk dua malam, ok deal.

Saat menginap disini saya mendapatkan, fasilitas makan 3 kali sehari, selimut dan air panas. Lumayan ngirit biaya makan dua hari setengah. ๐Ÿ˜…

Selain kebaikan pemilik yang memberikan makan 3 kali sehari, beliau dan keluarga sangat baik dengan tamu, kami ngobrol ngalor - ngidul dengan putra - putra mereka, dan salah satu dari putra mereka yang masih kecil berambut gembel.

Dari cerita mereka, kalau ada rambut gembel yang tumbuh, anak itu sakit, biasanya sakit demam.

Mereka juga mengikuti acara kontes Domba Batur  dan kirab budaya yang di adakan di Dieng Culture Festival 2019.

Mereka memelihara domba dan kuda, domba terjun dalam kontes Domba Batur kelas bibit dan kudanya untuk kirab di hari ketiga DCF.

Saya pikir,
"kok ya setelah lulus kuliah masih aja berhubungan dengan hewan ternak"๐Ÿ˜…๐Ÿ˜

Hari Pertama Dieng Culture Festival 2019, Pusakata๐ŸŽถ

Jadi kalau kalian gak beli tiket DCF atau kehabisan tiket bisa kok nonton Jazz Atas Awan cuma liatnya agak jauh, gak bisa dekat dengan panggung, selengkapnya di artikel selanjutnya.