Puncak Agrojembangan ini berada di Desa Sitiluhur, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah dan puncak ini masih dalam satu wilayah di Gunung Muria. Untuk muncak ke Puncak Agrojembangan/ Agrojimbangan/ Agrojombangan ini ada dua jalur, jalur pertama lewat Desa Colo dan jalur kedua lewat Desa Bageng, Gembong. Karena basecamp via Bageng lebih dekat dengan rumah, saya milih lewat sini.
|
Puncak Agrojembangan/ Agrojimbangan/ Agrojombangan |
Perjalan Ke Basecamp Agrojembangan
Berangkat dari rumah pukul 10:00 dan sampai di Basecamp Puncak Agrojembangan via Bageng sekitar 11:30. Perjalanan ini seharusnya hanya 15- 30 menit, namun jadi lama karena saya belum hafal jalannya, dan saat itu sempat kesasar.
Kalau dari Pasar Gembong yang harusnya belok kanan saat ketemu Balai Desa Bageng, saya justru belok kiri saat sampai di Balai Desa Bageng.😅
Setelah tanya warga dan dijelaskan arah yang benar, saya sampai di Basecamp Pendakian Puncak Agrojembangan pukul 11:30.
Kendaraan saya titipkan ke rumah orang yang dipercaya oleh PT untuk menjaga kebun kopi di wilayah ini, setelah parkir dan lapor pemilik rumah, saya mulai berjalan ke arah jalur pendakian Puncak Agrojembangan.
|
Basecamp pendakian puncak Agrojembangan via Bageng, Gembong |
Informasi: Di basecamp pendakian Puncak Agrojembangan via Bageng tidak ada penitipan kendaraan, jadi jika kalian bawa kendaraan bisa dititipkan ke orang yang telah dipercaya oleh PT, dan pastikan kendaraan posisi terkunci stang.
Pendakian Puncak Agrojembangan
Saat akan naik, saya bertemu dengan rombongan sepeda MTB dari Juwana, sedikit mengobrol dan cerita, saya juga sempat menayakan jalur pendakian, dan kebetulan di situ juga ada orang yang di percaya PT yang juga beliau ini biasa menerima tamu yang ingin mendaki Puncak Agrojembangan.
|
Club MTB di Desa Bageng
|
Mbah ini memberikan saya rambu- rambu saat saya tanya, "apakah ada rambu-rambu di dalam trek pendakian".
Beliau menjelaskan, nanti ambil kiri lalu kanan itu jalurnya enak tapi jauh. Lalu dia menambahkan, kalau saya lebih enak lurus tapi naik dan jalannya ketutup.
Saat itu saya mau dibawakan arit untuk mebabat rumput liar yang menutup trek. Tapi saya menolak dan memilih akan lewat jalur kiri walaupun jauh.
Saya naik sekitar pukul 11:30, saat itu dalam perjalanan sudah terdengar suara adzan Zuhur, posisi saya masih dalam perjalanan menuju pos 1.
|
Petunjuk arah ke pos 1 Puncak Agrojembangan. Saat itu saya belok kiri mengikuti rambu, namun belok kanan pun bisa, tapi saya belum pernah menyobanya |
Dalam perjalanan ke Pos 1, saya sempat berubah pikiran untuk lewat jalan kanan yang keatas itu, namun hati saya ragu kalau tidak ada rambu- rambu di treknya. Hal itu terus berulang dipikiran saya, saat itu saya sempat balik arah dan berjalan beberapa meter balik ke pertiagan awal, namun hati saya yang ragu itu membuat saya balik arah lagi ke jalan semula.
Karena semakin bingung, saya berhenti dan memantapkan hati, untuk melanjutkan perjalanan lewat jalur kiri, walaupun resiko jauh.
Setelah bertemu pertigaan kedua, yang kata Mbahnya tadi belok kanan jangan belok kiri karena kalau kiri arah kampung, saya pun ambil kanan.
Melanjutkan perjalan, ketika trek yang semula tanah jadi batu berukuran sedang yang ditata menjadi jalan setapak dan jalannya nanjak sampai bertemu dengan pertigaan lagi. Disini saya bingung karena Mbahnya tidak menjalaskan sampai di titik ini.
|
Pertigaan menuju pos 1 Puncak Agrojembangan. Pertigaan ini ambil belok kanan, kalau kiri balik ke kampung |
Kalau ke kiri lanjut jalan berbatu, tapi kalau ke kanan jalan tanah. Pikir saya mungkin jalan berbatu, karena jalan ketanah ini posisinya datar bisa jadi ini jalan turun dan sementara jalan yang berbatu itu naik.
Lalu saya ambil jalan kiri, mengikuti trek berbatu.
Jauh berjalan, sekitar 15 menit perjalanan, namun jalan tidak naik dan hanya datar saja, sampai saya sampai bertemu sungai kecil dan merupakan sumber air untuk warga desa, disini saya juga melihat beberapa motor warga namun mereka tidak terlihat. Mau tanya trek puncak Agrojembangan juga tidak bisa, karena pemilik motor tidak ada.
Dan saat itu saya baru sadar jika ini bukan jalan menuju puncak, dan putuskan untuk balik ke pertigaan sebelumnya.
Pos 1 Puncak Agrojembangan
|
Pertigaan menuju pos 1 puncak Agrojombangan. Pertigaan ini belok kanan ya Om, jangan belok kiri, entar kesasar kayak saya. |
Setelah sampai saya coba ambil yang kanan, dan tidak lama berjalan saya bertemu Pos 1 Pendakian Puncak Agrojembangan. Bersyukur sekali saat itu karena sudah bisa sampai di Pos 1, berarti tinggal jalan lurus.
Dari Pos 1 ke pos selanjutnya, dalam perjalanan itu atau tidak jauh dari Pos 1 Agrojembangan saya bertemu pertigaan lagi, dan lagi-lagi disekitar ini tidak ada rambu-rambunya. Hanya saja jalur ke kiri naik dan jalur ke kanan datar.
|
Pertigaan menuju pos 2 puncak Agrojembangan via Bageng, Gembong. Pertigaan ini ambil kiri ya Om, dan naik terus ngikuti jalur utama |
Dengan berdoa saya ambil jalur kiri yang naik, tidak lama kemudian ada orang dari arah berlawanan dengan sepeda motornya, saya pun bertanya arah puncak Agrojembangan, dan bapak ini memberitahu arah puncak Agrojembangan.
Syukur saat itu pilihan saya benar, sedikit mengobrol dan bercerita, saya izin melanjutkan perjalanan.
Namun baru berjalan bebarapa meter, bapak ini datang dari belakang dan menawarkan tumpangan sampai dititik yang tidak bisa dilewati motor.
Pohon Besar, Empat Simpangan
Satelah menumpang motor dan berhenti di titik dimana motor tidak bisa lewat, saya sempat lagi untuk ngobrol dan bertanya siapa bapak ini, bapak ini ternyata bukan petugas PT perkebunan kopi, dia hanya sering naik motor dan muter-muter di hutan.
Sempat saat itu saya mengajaknya untuk muncak, namun dia menolak dan memilih untuk balik.
Bapak ini hanya berpesan, "ati-ati. wis kono munggah, nek menowo ketemu opo"
Saya nyengir dan dalam hati hanya "😨"
Informasi: Dititik motor tidak bisa lagi lewat, hanya ada pohon besar dan ada tulisan "PUNCAK" dengan teks warna merah. Sementara titik ini memiliki empat simpangan, ke kiri, ke depan, ke kanan dan ke belakang (jalur saya datang)
Masuk Hutan, Menuju Puncak
Kanan kiri dari basecamp sampai poin pohon besar adalah perkebunan kopi, namun setelah melewati pohon besar ini, saya akan masuk hutan Puncak Agrojembangan.
Mulai berjalan, dan kanan kiri hanya ada pohon-pohon besar, sesekali medan mendaki, dan disini saya mendaki akar dari pohon- pohon besar. Fauna yang saya temui disini hanya ayam hutan. Selain itu hanya suara serangga.
|
Hutan menuju puncak agrojembangan via Bageng. Dari titik ini kita mulai manjat akar |
Dibeberapa titik dalam perjalan di hutan Agrojembangan saya juga akan melewati angin kencang, karena posisi saya berada di atas tebing, dengan jalur yang sedikit masih tertutup rumput.
|
Titik saat angin kencang di trek puncak Agrojembangan. Hati-hati disini jalan mulai sempit dan dipinggir tebing |
Saya juga mengalami kram pada persedian telapak kaki, saat itu saya putuskan untuk istiharat dan memakan bekal dari rumah sambil menunggu kaki pulih.
|
Kaki kram saat pendakian puncak Agrojembangan via Bageng, Gembong
|
Setelah kaki pulih, dan mungkin sekitar 30 menit perjalanan, saya sampai ditempat lapang dengan beberapa pohon di tengah- tengahnya, dan disini angin tidak kencang. Setelah beristirahat dan muter-muter diarea ini, saya melanjutkan perjalanan.
Baru jalan beberapa meter, dimana jalur itu kanan kirinya adalah rumput tinggi yang dahannya keras seperti bambu, saya melihat patok dari semen.
Saya terkujut, dan berfikir "Apa sudah sampai puncaknya".
Saya mendekat dan mengecek patok itu, patok itu adalah batas kota antara kota Kudus dan Pati.
Lalu saya lanjutkan perjalan, tidak lama juga, saya dikagetkan dengan papan-papan yang bertulisan "ANDA BERADA DI PUNCAK" "AGROJOMBANGAN" "1480 MDPL"
Setelah melihat itu saya spontan mengucap syukur, akhirnya sampai puncak, karena saya mikir kalau perjalanannya ke Puncak Agrojembangan masih jauh.
Di Puncak Agrojembangan
|
Puncak Agrojembangan via Bageng Gembong |
Saat itu, puncak sepi hanya ada saya, mungkin karena saya naik hari minggu jadi tidak banyak pendaki.
Setelah mengambil gambar video dan foto Puncak Agrojembangan saya makan bekal dan sholat, lalu setelah itu istirahat sekitar 15 menit dan persiapan turun.
Setelah semua masuk tas, dan mengisi ulang botol minum yang di samping tas, saya pun turun.
Perjalanan Turun Puncak Agrojembangan
Saya pun turun lewat jalan yang sama (perasaan saya lewat jalan yang sama), setelah sekitar 10 menit perjalanan turun, saya mulai asing dengan jalur turun, dan berfikir apa ini jalan yang saya daki tadi.
Namun, saya merasa tidak peduli, karena jalan yang saya lewati ini seperti jalan pendakian juga, jadi masih merasa aman.
Terus berjalan turun, saya heran karena bertemu tali, karena saat naik saya tidak bertemu tali. Disini saya mulai yakin kalau lewat jalan lain, tetap di jalur yang sama, saya beberapa kali menabrak sarang laba-laba, dan ini menjadi pertanda, benar kalau saya kesasar.
|
Jalur yang saya lewati saat turun dari puncak Agrojembangan. Ini bukan jalur yang saya lewati saat naik. |
Namun saya tetap turun lewat jalur tersebut, karena masih berfikir sama. Setalah berjalan lama akhirnya saya sampai bawah. Namun titik saya turun berbeda dengan saya naik.
Disitu ada pohon besar dengan tiga cabang, kedepan jalannya turun dan ke kiri jalannya datar.
Saya pun ambil ke depan yang jalannya turun.
Setelah sekitar 10 menit perjalannya, saya merasa aneh, karena jalan sepertinya tidak pernah dilewati orang, dan kendaraan petani. Selain itu posisi saya menjauhi waduk gembong atau
Waduk Seloromo.
Saya coba buka Google Maps, dan benar, saya menjauh tempat parkir kendaran.
Gak mikir lagi, saya pun naik keatas, kembali ke pohon besar titik saya turun.
Perjalanan Pulang dari Puncak Agrojembangan
Setelah sampai di titik saya turun, saya pun ambil jalur ke kiri yang jalannya datar.
Sekitar 15 menit perjalanan saya sampai di titik saya naik, di pohon besar dengan 5 cabang tersebut. Saya merasa lega setelah sampai di titik ini, karena jalan tinggal turun dan pasti tidak salah lagi.
Saya pun langsung turun karena saat itu sudah lewat adzan Ashar.
Sekitar 30 menitan saya sampai di basecamp pendakian Puncak Agrojembangan.
Saya pun beristirahat sejenak sebelum pulang, dan Mbah- mbah yang tadi memberi pentunjuk jalur pendakian Agrojembangan keluar dari rumah.
Dia tenang melihat saya turun, katanya di khawatir, karena sudah jam 4 kok belum turun, apalagi saya mendaki sendiri dan baru pertama kali naik Puncak Agrojembangan.
Saat itu saya ditawari kopi, tentu saja saya mau.
|
Kopi dan air putih yang dikasih Mbahnya, kopinya sangat enak sekali |
Setelah kopi datang, saya pun cerita kalau saya tersesat dan mau turun arah Colo, Kudus.
Mbahnya pun kaget, dan bersyukur saat itu saya tidak bingung.
Selain itu Mbah ini bercerita asal usulnya dan menceritakan pengalamannya saat menjamu para pendaki.
Setelah kopi habis dan istirahat cukup, saya pun berpamitan untuk pulang, dan sisa bekal yang saya punya saya kasihkan ke Mbah ini.